RSS

Kamis, 11 Maret 2010

Belajar Dari Bumi

Belajar.

Apa sih yang terpikir di kepala setiap denger kata itu?
Buku pelajaran kah? Sekolah? Rumus? Pusing, susah, ribet? Atau satu kata paling universal dan alasan terkemuka sedunia buat para remaja: AH, MALAAASSS…


Well, emang rada males juga sih kalo lagi ngenet , eh malah ngomongin ‘belajar’ yang nyangkut- nyangkut sama pelajaran, apalagi buat ‘kamu’ *ehem* yang ‘sedikit’ tidak menyukai pelajaran eksak.


Taaaaaapiiii…


Nggak ada salahnya juga kan kalo kita ‘belajar’ untuk sesuatu yang menyenangkan. Kali ini, aku mau ngajak kamu- kamu semua *yang berbaik hati mau baca postingan ini* buat belajar.


Belajar apa..???


Tenang, tenang! bukan belajar matematika, fisika, dan kawan- kawannya, kok. Kalo itu mah belajar saya bukan ahlinya –dan enggak mau sok tau—. Makanya, sekarang, kita belajar dari bumi aja yaa.. hahaha


Hah? Bumi? Emang bisa?


Wuihh, ya bisa doooooongg!


Kita kan bisa belajar dari mana aja, kapan aja, dan sama siapapun. Nggak ada guru, otodidak pun bisa. Nggak ada buku, dari bumi juga jadi! Canggih ya? Hahaha ^^,


Haah, oke deh, daripada pembukaan panjang- panjang malah ngelantur, mending langsung aja ya!


Gini, nih ceritanya..


Selama berabad- abad silam, sampai sekarang, sepertinya kita semua tahu bahwa baru- dan hanya- bumilah planet yang bisa dihuni manusia secara gratis dan menguntungkan. Bayangin aja, dari kita lahir, udah berpijak di bumi tanpa bayar, pas udah gede, jadi kaya raya *amiiin* di bumi, makanan udah ada, apa- apa udah ada dan tersedia, tinggal gimana dan pinter- pinternya aja kita mendapatkan semuanya.


Mengutip dari sebuah buku, inilah ucapan tentang bumi:


“adalah planet yang begitu sempurna komposisi penciptaanya dan menunjukkan kemahabesaran Sang Pencipta. Ialah ‘benda tangguh’ hasil ciptaan Sang Maestro terdahsyat se-jagat raya”


Jadi, apa yang bisa kita pelajari dari ‘benda tangguh’ yang satu ini?


Ya tentu aja belajar supaya jadi ‘tangguh’ juga.

Susah? Enggak kok. Cuma pake 1 kata doang, sob!


1 kata yang terdiri dari 4 huruf, yang masing- masing memiliki satu cara untuk setiap hurufnya: B-U-M-I.




Mari kita telaah satu persatu hurufnya..




“B” untuk BERLATIH


Inget istilah practise makes perfect?
Tanpa perlu saya terjemahkan, berani jamin pasti udah pada tau apa artinya deh. Kalo ada yang nanya, berlatih apa?


Jawabannya ya macam- macam. Tergantung dengan pribadi masing- masing dan target apa yang diharapkan.*cielahh*
Haha. Emang gitu kok. Tapi secara umum, beberapa hal yang wajib- kudu- harus- must- dan sejenisnya- dilatih, antara lain:






Pertama, Jasmani


Nggak perlu mikirpun semua orang pasti tau, kalo mau sehat ya makan bergizi seimbang, olahraga teratur, istirahat cukup, dan bla..bla..blaa.. (lanjutin sendiri deh..)


Kedua, akal pikiran dan nurani


Akal pikiran kita harus terus dilatih untuk segala hal yang baik, bermanfaat, dan sesuai syariat. Soalnya akal pikiran mempengaruhi sepanjang hayat hidup kita, nih. Jadi penting banget buat dipahami dan diselami (lauuuut kaleeee..)


Sebagai manusia, tentu bisa bedain dong, mana yang baik, mana yang buruk. Itulah yang disebut nurani.
Terus apa hubungannya nurani dan akal pikiran?


Begini lho, kawan.. Nurani yang diasah akan membawa dampak baik pada akal pikiran. Kalo kita peka dengan bisikan hati a.k.a nurani—yang selalu membisikkan sesuatu yang baik—, insyaAllah pikiran kita jadi positif. Seperti lirik sebuah lagu yang bunyinya ‘bila hati kian bersih, pikiranpun akan jernih.. semangat hidup nan gigih, prestasi mudah diraih..’


Lho kok jadi nyanyi?
Hahaha. Cukup deh. Ntar malah satu posting lagu semua, lagi.. hehe


Intinya, seperti ada di lagu itu, duet maut *apadeh* antara akal pikiran dan nurani ternyata menghasilkan dampak yang Subhanallah kerennya, mengalahkan duet- duet manapun. *haha lebai*
Jadi, cobalah asah akal pikiran dan nurani dengan terus melakukan hal- hal yang positif. Dianjurkan banget nih, ‘so, please try this not only at home, but anywhere anytime’. Haha ngarang abis. Biarin deh.


Ketiga, Ruhani


Menguatkan hubungan dengan Allah, berarti melatih ruhani. Siapa cepat dia dapat. Pendeknya sihh, cepet- cepetan pedekate deh, sama Yang Mahakuasa. Karena, tau nggak sih, penghargaan buat orang- orang yang pedekate sama Dia?


“orang yang memusuhi kesayangan- Ku, sungguh Aku telah menyatakan perang terhadapnya. Tiada yang dibuat mendekat daripada- Ku oleh seorang hamba- Ku yang lebih Aku cintai, kecuali dengan ibadah- ibadah yang telah Aku wajibkan. Dan tiada hentinya seorang hamba mendekat pada- Ku dan melakukan hal- hal sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan jika Aku sudah mencintainya, maka Aku sebagai pendengarnya yang dibuatnya untuk mendengarkan, penglihatannya yang dibuatnya untuk melihat, tangannya yang dibuatnya untuk bekerja (berjuang), dan sebagai kakinya yang dibuatnya untuk berjalan.
Dan sungguh, jika ia meminta kepada- Ku, pasti aku memberikannya.
Dan jika ia meminta perlindungan kepadaku, tentu Aku akan melindunginya..” (H.R. Bukhari)





“U” untuk UJIAN


Yaaaahhh.. belajar aja males, ini malah suruh ujian! -,-“

Eits! Jangan ne-think dulu doong, fren! Beranjak dari step ‘berlatih’, kita loncat ke level ‘ujian’. Dari ujian itulah akan ada penilaian. Dan dari penilaian akan ada evaluasi.


Tentu dalam setiap evaluasi akan susah untuk dapet nilai tertinggi alias perfect. Karena jelas sekali, no body’s perfect. Tapi nggak usah down dulu, sebab justru dari ‘ketidaksempurnaan’ itulah kita bisa mendapatkan titik tolak untuk naik ke level berikutnya dengan cara yang lebih baik.


Misal, buat para orangtua, ujiannya ada pada anak- anaknya. Buat para guru, ujiannya adalah kebandelan para muridnya. *maafkan kami ya, Bapak Ibu Guru*
Buat pelajar, ujiannya ya waktu ulangan. Dan khusus buat para pelajar yang merangkap organisator *curcol* ujiannya adalah saat rasa bosan, jengah, capek, dan kawan- kawannya menyapa. Merembet jadi bad temperm (baca: Be- Te), bad mood, bad day, bad exam, dan bad- bad lain yang nggak bisa disebutin satu persatu.


Bermacam- macam cara yang kita gunakan untuk melewati ujian itu akan membuat kita kuat –meski nggak sekuat superman, batman, atau man- man yang lain, sih— dan terus naik level sampai tercapai keinginan dan tercipta karakter yang oke.


“M” untuk MAKAN


Buat kamu- kamu yang doyan makan, jangan nyengir dulu. Dan buat yang nggak doyan makan, juga jangan keburu manyun dulu.


Makan yang dimaksud di sini bukan makanan dalam arti sesungguhnya –meskipun termasuk juga sih— tapi ‘makan’ yang ini adalah ‘makanan’ yang diperuntukkan buat keseluruhan jiwa- raga kita.


Makanan terbaik itu kan makanan yang memenuhi gizi seimbang kan ya?


Jadi, kalo makanan terbaik untuk jiwa- raga, berarti adalah makanan yang nilai gizinya seimbang, takarannya pas untuk jasmani, rohani, pikiran, ataupun ruhani kita. Gitu deh istilahnya.

Makanan terbaik buat jasmani ya makanan dalam arti sesungguhnya –asal jangan kebanyakan.
Makanan buat pikiran ya banyak- banyak menimba ilmu—asal jangan sampai gila
Makanan buat ruhani ya banyak- banyak ibadah sama berdoa –kalo yang ini sampai over limit atau overdosis juga monggoohh.. silahkan, tafadhol, deh.. haha—


“I” untik ISTIRAHAT


Katanya, istirahat yang terbaik untuk jasmani, ruhani, dan pikiran adalah.. TIDUR.


Eeeeeehhhh, tapi tidur yang normal ya, bukannya tidur dipuas- puasin seharian full –kalo di iklan, sampe ada gempa pun enggak berasa, masih asyik dengan tidurnya— itu mah namanya kebluk. Nggak bagus, tuh.. ahahaha
Lanjuuuutt..


Kenapa tidur adalah istirahat yang paling baik?


Karena eh karena, saat tidur, semua rasa gelisah akan tidur bersamanya, otot- otot rileks, dan peredaran darah ke otak berjalan seperti biasa. Sepertinya semua organ tubuh bersiap dan mengembalikan kinerjanya hingga pada titik terbaik saat tidur, dan terasa segar saat bangun.


“Dia-lah yang mejadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat. Dan Dia menjadikan siang untuk bangun dan berusaha.” (Al- Furqon :47)


Istirahat akan terasa benar- benar nyaman hanya pada saat kita yakin bahwa hari ini telah kita lalui dengan sebaik- baiknya. Kita sudah selesai BERLATIH, UJIAN, dan MAKAN dalam sehari tadi, sehingga akhirnya kita dapat ber- ISTIRAHAT tanpa harus memikirkan beban- beban yang masih ada.


For the last, conclution yang juga sebagai penutup sekaligus quotes *hahaha copas*:






“ Belajarlah dari bumi.

Ia terus melakukan hal terbaik yang bisa ia lakukan dan membiarkan manusia memetik manfaat darinya.

Ia berproses bersama naik turunnya gravitasi matahari dan dinginnya malam,

pergantian musim dan cuaca,

teriknya panas,

dan dinginnya malam.

Namun satu hal,

BUMI TETAP BERTAHAN.

Ia tangguh tanpa berkeluh kesah,

Stabil tanpa penurunan kondisi yang drastis,

Dan terus berputar hingga berhenti hanya atas perintah Allah..”





(dikutip dari “Up Grade Yourself”, dengan banyak perubahan.)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright 2009 diary remaja. All rights reserved.
Free WPThemes presented by Leather luggage, Las Vegas Travel coded by EZwpthemes.
Bloggerized by Miss Dothy